Ngantang merupakan salah satu kecamatan di Malang. dibagian barat langsung berbatasan dengan Bukit Selokurung yang terdapat makam Pangeran Trunojoyo. Ngantang berada di ketinggian sekitar 600 mdpl. Ngantang juga dikelilingi oleh 4 Gunung sekaligus. berturut-turur yaitu Gunung Kelud, Gunung Kawi, Gunung Arjuno, dan Gunung Anjasmoro. Saat tiba di Daerah Selorejo, anda diselimuti hawa sejuk khas pegunungan. saat memasuki kawasan wisata Waduk Selorejo, Anda akan disambut dengan Bangkai Pesawat Terbang.
tak hanya itu, Waduk Selorejo juga memiliki Jembatan Gantung yang lumayan bikin macu adrenalin. bagaimana tidak saat kaki menginjak jembatan, maka seluruh jembatan akan ikut bergerak. uniknya, para Mancing mania yang emang hobi memancing itu berada di bawah jembatan Gantung. dibawah jembatan gantung selorejo itu, para mancing mania beraksi menunggu ikan wader yang pingsan. tidak hanya itu, Waduk Selorejo juga menawarkan keindahan refleksi alam yang begitu sempurna. Waduk Selorejo seketika itu juga seperti laksana cermin alam. Langit-langit, Awan-awan, Pepohonan, Jembatan seketika juga terefleksi sempurna di atas cermin alam bernama waduk selorejo. indah kawan. ngak percaya silahkan datang dan buktikan sendiri keindahan Waduk Selorejo yang ada di Kabupaten Malang. Ngantang selain terkenal karena waduk Selorejo juga terkenal prasasti Ngantang yang diberikan oleh Raja Kadiri, Sri Maharaja Jayabhaya/Joyobhoyo sekitar tahun 1135. kenapa Ngantang diberikan penghargaan itu.
——–
Ngantang. Mendengar kata Ngantang ini saya jadi teringat Prasasti Ngantang (1035). Prasasti ini dikeluarkan oleh Sri Maharaja Jayabahaya Raja Kadiri yang berkuasa 1135 -1157 sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk desa Ngantang yang setia pada Kadiri (Panjalu) selama perang melawan Kerajaan Jenggala.
Ngantang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Kediri. berada di ketinggian 600 mdpl dan dikelilingi oleh empat gunung merapi. berturut-turut adalah Gunung Kelut, Gunung Kawi, Gunung Arjuno, Gunung Anjasmoro. Bagian barat langsung berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Bagian yang berbatasan dengan Blitar ditandai oleh Bukit Selokurung yang membentang dari Utara Ke Selatan. Bukit Selokurung ini juga terdapat Lokasi Makam Trunojoyo, seorang pangeran berasal keturunan Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Di Tengah-tengah kecamatan Ngantang ini dibangun sebuah waduk Selorejo yang bertujuan untuk menampung sungai Konto, anak sungai Brantas, dan sungai Kwayangan agar mencegah banjir. pada saat Selorejo juga berfungsi untuk wisata, budidaya perikanan, irigasi, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Waduk dirintis pada tahun 1963 dan pembangunannya baru selesai pada 1970, dan langsung diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 22 Desember 1970.Waduk Selorejo ini sekarang oleh Perum Jasa Tirta.
dari PLTA Waduk Selorejo ini dihasilkan Listrik yang sanggup mengalirkan listrik kepada penduduk kecamatan Ngantang. Penduduk Ngantang memanfaatkan waduk untuk mengairi sawah-sawah yang berada di sekitar waduk Selorejo tersebut. tak hanya itu, banyak penduduk dari luar ngantang juga memanfaatkan waduk selorejo sebagai arena memancing gratis. jadi jangan heran, jika anda berjalan-jalan di sekitar waduk Selorejo. anda akan akan banyak menemukan para pemancing di setiap sudut waduk Selorejo. tak jarang, para penghobi mancing sering bermalam di pinggir-pinggir waduk selorejo dengan menjadikan payung sebagai atapnya, sarung-sarung sebagai selimutnya.
Hobi memancing ini juga dilakoni oleh tetangga saya di Malang. dia rela menginap melawan hawa dingin waduk Selorejo untuk menyalurkan hobinya. iseng-iseng saya coba nanya “kenapa pak Heri sampai mau menginap-nginap di pinggir waduk Selorejo, memangnya ikan-ikan akan banyak yang naik kalau malam hari”, kataku berusaha menyelidikinya.
ya kalau malam hari ikan-ikan banyak yang naik, katanya berusaha yakin aku. saya tidak tahu apakah benar yang dikatannya tentang ikan-ikan itu. bukankah di tempat yang sama, sudah banyak orang yang melakukan hal-hal seperti yang dia lakukan. mungkin lokasinya saja berganti. lokasi yang dia tinggalkan kemudian dipakai oleh orang lain. kemudian dia juga menggantikan bekas orang lain juga. begitu seterusnya. mungkin bagi pak Heri, Hobi yang dianggap sebagai pekerjaaannya memang pantas untuk diperjuangkan. apapun alibinya. jadilah, waduk Selorejo bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk pemancing dari Kota Malang. bahkan waduk Selorejo sudah sangat familiar sebagai pusat Ikan air tawar di Malang.
Ngantang Vs Sampang
sekilas tentang Ngantang vs Sampang ini menjadi spesial bagi saya. setidaknya dua kata sama-sama mengandung akhiran ang. ya mungkin karena itulah saya berjodoh dengan salah warga ngantang. agak maksa yach.. hehe. berjodoh dengan penduduk Ngantang yang katanya Joyoboyo sebagai penduduk yang setia terhadap kerajaan Kadiri yang berperan melawan Jenggala. sehingga Joyoboyo akhirnya bisa mempersatukan kerajaan Jenggala dengan kerajaan Kadiri dengan semboyannya yang terkenal “Panjalu Jayati alias Kadiri Menang”. haha. dikit maksa.
Ngantang yang sejuk vs Sampang yang panas. Ngantang daerah pegunungan vs Sampang daerah pesisir. Masakan Ngantang cenderung hambar vs masakan pesisir yang cenderung asin. dua rasa menjadi satu yaitu keluarga. alah. plus kesimpulan kecil-kecilan. Daerah Pegunungan yang cenderung dingin membiasakan masyarakatnya dengan minuman hangat seperti Teh Manis hangat sehingga kecenderungan penyakitnya adalah Diabetes, sedangkan Sampang yang pesisir suka makan asin-asin, penyakitnya cenderung ke bagian jantung. alah kesimpulan kecil-kecilan alias asal-asalan. ya barangkali ada benernya.
Kurang afdol rasanya membicarakan Ngantang tanpa membicarakan Waduk Selorejo yang menjadi pusat kehidupan masyarakat Ngantang. Waduk Selorejo yang menjadi salah satu tujuan wisata setiap akhir pekan. Waduk Selorejo yang menghidupi listrik penduduk ngantang. Waduk Selorejo yang muaranya terletak di Desa Selorejo, Desa Kaumrejo menjadi hulunya. Kecamatan Ngantang hampir semuanya dikelilingi oleh waduh Selorejo ini.
Waduk Selorejo
pada tanggal 5 Agustus 2013, saya bersama Istri dan keponaan berkesempatan untuk mengunjungi pusat waduk Selorejo yang terletak di Dusun Selorejo, Desa Pandansari, Kec. Ngantang. karena kami berpura-pura menjadi penduduk kampung, kami tak membayar karcis yang hanya Rp10.000 haha (tak patut untuk dicontoh). setelah melewati pintu gerbang itu, kami memasuki kawasan waduk selorejo yang sejuk. pohon-pohon tinggi menjulang di sepanjang jalan pintu masuknya. saya memarkir sepeda motor saya tepat di depan kolam renang waduk selorejo.
Waduk Selorejo ini dibagi dua yang dipisahkan oleh air waduk selorejo: sisi kanan dan sisi kiri. di antara kedua sisi itu dihubungkan oleh sebuah Jembatan Gantung yang bertanggal 20 Januari 1976. jembatan gantung yang berada tepat di atas air waduk selorejo. Waduk Selorejo kanan dilengkapi sebuah Villa yang langsung menghadap ke waduk Selorejo. tak jauh dari Villa ada lapangan Bola yang cukup luas yang tepat berada berdampingan dengan Kolam Renang. sayang, karena suasana ramadhan kolam renangnya belum dibuka untuk umum. saya melihat beberapa pekerja yang sibuk membersihkan kolam renang yang sudah berlumut.
Jembatan Gantung Selorejo
Jembatan Gantung Selorejo. demikian sebutan jembatan itu. ku liat dibawah jembatan itu, beberapa orang yang hobi mancing sudah duduk rapi berjajar di bawah jembatan. mereka begitu enjoy memancing mengharapkan ikan-ikan yang capek berenang sehingga kesasar ke pancingan mereka. mereka tak segan menyapa saya yang mulai mendekati mereka. mereka menyapa saya sambil menawarkan jasa perahu keliling waduk. mungkin mereka inilah yang disebut penumpang gelap. alias jasa keliling waduk selorejo tanpa melalui Perum Jasa Tirta sebagai pengelola.
yang menarik perhatian saya selain pemancing itu sendiri adalah Pemandangan Bendungan Selorejo di pagi hari. semuanya berefleksi. langit langit, pohon-pohon, jembatan, para pemancing, perahu-perahu semuanya merefleksikan diri ke dalam air waduk selorejo yang begitu tenang. sungguh indah kawan. hanya kata itu yang keluar dari mulut saya untuk mengekspresikan keindahan waduk Selorejo.
sangat mengerikan bagi yang belum pernah mencobanya. ku liat papan informasi Jembatan gantung yang tertulis “Maksimal 10 orang”. saat saya menginjakkan kaki ke atas jembatan yang terbuat dari besi dan baja itu, maka seluruh rangka jembatan akan bergoyang. untung pengunjungnya masih sepi. hanya Saya, istri dan keponaan. saya tak perlu memberitahukan ketakutan wajah saya ke pengunjung yang lain. begini lah jembatan ini, saat kaki berhenti, kengerian itu pergi.
saat kami berjalan lagi, jembatan itu bergoyang lagi. begitu seterusnya. kengerian sepertinya terbang ntah kemana saat saya tepat berada di tengah-tengah jembatan. indah kawan. semuanya berefleksi begitu sempurna dilihat dari tengah-tengah jembatan gantung. sampai akhirnya kami bertiga berhasil menyeberang ke bagian kiri waduk Selorejo.
Waduk Selorejo bagian kiri dilengkapi dengan fasilitas bermain anak-anak, Kuliner area dan oleh-oleh khas waduk Selorejo. di bagian kanan waduk Selorejo ini juga menyediakan jasa transportasi perahu untuk mengelilingi Waduk Selorejo mulai dari Hilir waduk Selorejo sampai Hulu waduk Selorejo di Gading, Kaum Rejo Ngantang. alasan yang cukup menarik untuk menggunakan jasa perahu Perum Jasa Tirta adalah kita bisa melihat kebun-kebun jambu kemudian memetiknya, melihat pertanian-pertanian di sepanjang waduk selorejo, atau melihat para petani yang bercanoe menyeberang yang hendak mau ke sawah, atau melihat penghobi mancing yang berada di sudut-sudut waduk selorejo.
Tips ke Waduk Selorejo
- Waduk yang berjarak kurang lebih 43 Km dari malang ini bisa ditempuh menggunakan bus dari Terimanl Langdungsari jurusan Kediri atau Jombang . atau juga sebaliknya bisa ditempuh dari Kediri minta turun di Pertigaan Desa Selorejo.
- dari Pertigaan Selorejo bisa menggunakan angkutan bison atau ojek ke Waduk Selorejo
Follow twitter kami di @caderabdulpaker